Aku berbaring, menatap tas tersebut. Memandang lebih dalam ke tas tersebut seakan aku bisa menembusnya. Mungkin aku sudah gila. Namun kenangan yang tersimpan di dalamnya tak pernah pudar, tak ikut pudar bersama dengan tulisan pensilnya. Tak ikut pudar bersama kertasnya yang telah menguning dan terlipat.
Aku bangkit. Mengusap wajah, memejamkan mata dan melangkah keluar. Rasanya aku ingin menangis.